Detasemen 88, merupakan julukan bagi satuan pasukan khusus antiteror yang disiapkan oleh Polri. Angka “88” diambil dari jumlah korban ledakan bom yang tewas terbanyak pada saat terjadi bom di Bali. Pada peristiwa tersebut, sebanyak 88 warga negara Australia (satu negara) tewas.
Makna “88” berikutnya adalah, angka “88” tidak terputus dan terus menyambung. Ini artinya bahwa pekerjaan Detasemen 88 Antiteror ini terus berlangsung dan tidak kenal berhenti. Angka “88” juga menyerupai borgol yang maknanya polisi serius menangani kasus ini.
Pasukan khusus ini dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui U.S. State Department’s Diplomatic Security Service dan dilatih langsung oleh CIA, FBI, dan U.S. Secret Service. Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan khusus AS. Pusat pelatihannya terletak di Megamendung, 50 kilometer selatan kota Jakarta.
Detasemen 88 dirancang sebagai unit antiteroris yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Satuan pasukan khusus Polri ini dilengkapi dengan persenjataan dan kendaraan tempur buatan Amerika, seperti Colt M-4 assault rifles (senapan serbu), Armalite AR-10 sniper rifles (senapan tembak jitu), dan Remington 870 shotguns (pistol).
Bahkan Densus 88 AT akan memiliki pesawat C-130 Hercules sendiri untuk meningkatkan mobilitasnya. Semua persenjataan yang diberikan, termasuk materi latihan, sama persis dengan apa yang dimiliki oleh satuan khusus antiteroris AS.